Senin, 02 Februari 2015

M. Shodieq. A dan Dewo Wisnu Murti (pp)



KAJIAN STRUKTURALISME PADA CERITA ANAK
 
Disusun oleh :
MUHAMMAD SHODIQ AMIEN
DEWO WISNU MURTI


Tentang kajian strukturalisme pada prosa fiksi
q  Dalam terminologi M.H. Abrams, kajian strukturalisme masuk pada wilayah pendekatan yang berorientasi objektif, yaitu pendekatan yang mengkaji karya sastra secara otonom, melepaskan diri dari berbagai aspek diluar karya sastra, karena apa?
Karena unsur-unsur yang ada dalam dirinya, karya sastra sastra bias memakai dirinya sendiri secara otonom.
q  Dalam hal ini, apa yang disebut struktur hakikatnya merupakan suatu konstruksi abstrak yang terdiri dari unsur-unsur yang saling berhubungan dalam susunan tertentu, yang terbentuk sebuah dunia.
Tentang kajian strukturalisme pada prosa fiksi
q  Menurut Piaget (Zaimar, 2002 : 17), konsep struktur itu mempunyai tiga ciri penting :
  1. Struktur merupakan totalitas (wholenes), jadi usur struktur tidak dapat berdiri sendiri.
  2. Struktur dapat mengalami transformasi (transformation), jadi setelah melalui proses, struktur dapat berubah.
  3. Struktur mempunyai kemampuan untuk mengatur dirinya sendiri.
Dari sinilah, maka strukturalisme menjadi teori sastra yang hadir untuk menkaji karya sastra sebagai usaha untuk memahami dan memakai karya sastra.
Tentang kajian strukturalisme pada prosa fiksi
q  Dalam strukturalisme, unsur-unsur pembangunan karya sastra (prosa fiksi), menurut Stanton (1964: 11), meliputi :
  1. Fakta Cerita
            fakta cerita sering disebut sebagai struktur factual (Stanton, 1964: 12),unsur-unsurnya meliputi :
    1. Tokoh (characters)
    2. Alur (plot)
    3. Latar (setting)
2. Tema (theme)
                  Dalam arti sederhana, tema adalah makna cerira, gagasan sentral, atau dasar yang terdapat dalam cerita (Sayuti, 2000:187).
Tentang kajian strukturalisme pada prosa fiksi
      Tema merupakan dasar pengembangan seluruh cerita, maka tema bersifat menjiwai seluruh bagian cerita (Nurgiyantoro: 2007: 68).
      Dalam mentafsirkan cerita tema dalam sebuah cerita, menurut Stanton (1964: 22 – 23), haruslah berdasarkan pada hal-hal berikut :
a.       Pentafsiran terhadap tema cerita harus benar-benar memperhatikan setiap uraian yang menonjol dalam cerita.
b.      Pentafsiran terhadap tema sebaiknya tidak bertentangan dengan setiap uraian cerita.
c.       Pentafsiran temasebaiknya tidak tergantung pada keterangan yang benar-benar ada atau tersiratdalam cerita.
d.      Pentafsiran tema harus didasarkan secara langsung pada cerita.
Tentang kajian strukturalisme pada prosa fiksi
3. Sarana cerita
                  saraa cerita merupakan cara-cara yang digunakan pengarang dalam menyeleksi dan menyusun bagian-bagian cerita, sehingga akan tercipta karya sastra yang bermakna.
      Tujuannya adalah agar pembaca dapat melihat fakta-fakta cerita melalui sudut pandang pengarang (Stanton, 1964: 23).
Analisis strukturalisme pada cerita anak
q  Berikut ini akan dibahas contoh kajian strukturalisme terhadap cerpen anak “Kaca mata persahabatan” karya Heru Kurniawan. Analisis cerita anak ini menggunakan konsep strukturalisme, yaitu :
  1. Menganalisis secara cermat unsur-unsur yang membangun cerita.
  2. Menjelaskan hubungan antar unsurnya,
q  Unsur-unsur membangun cerita tersebut adalah fakta cerita, tema, sarana cerita, dan nlai moral.
q  Teeuw (1988: 135 – 136), mengungkapkan bahwa pada prinsipnya, analisis structural ini bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, serinci, dan sedalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur karya sastra.
2.1. analisis sarana sastra
q  Hal pertama yang menarik, dan membuat penasaran pada cerpen di atas adalah pemilihan judul.
q  Sebagai representasi dari isi: “Kacamata Persahabatan.
q  Judul “Kacamata Persahabatan” hadir sebagai representasi atas :
  1. Kacamata sebagai inti dari persoalan cerita.
  2. Kacamata sebagai sarana untuk menanamkan pesan moral.
  3. Kacamata sebagai obsesi dari tokoh utama.
  4. Kacamata Persahabatan sebagai judul cerpen.
q  Hal ini menunjukan bahwa judul “Kacamata Persahabatan” memiki arti yang kompleks.
q  Pada judul “Kacamata Persahabatan” bahwa judul ini menunjukan pada penyimpangan level semantis dan morfologis. Justru inilah yang menjadi daya tariknya, karena pembaca menjadi ingin tahu apa sebenarnya yang disebut dengan kacamata persahabatan.
q  Sarana cerita lainnya, sudut pandang yang digunakan pada cerpen di atas adalah dengan teknik bercerita orang pertama dengan aku sebagai tokoh utama (first-porsen-central), yaitu tokoh utama aku mengisahkan cerita atau pengalaman hidup dengan kata-katanya.
q  Dengan modal ini, pembaca diajak masuk untuk ikut mengalami dan merasakan peristiwa-demi-peristiwa dari cerita di atas yang bernada : kesedihan, kegembiraan, optimistis, dan kebahagiaan.
2.2 analisis fakta cerita
q  Plot: alur cerita dalam cerpen di atas, boleh dibilang sederhana, lurus (kronologis) dengan jalinan peristiwa berpusat pada tokoh aku dan puspa, dengan penahapan alurnya meliputi, eksposisi, konflik, klimaks dan denouement.
  1. Eksposisi         : peristiwa dalam kelas ketika Bu Guru memberi informasi tentang madding sekolah.
  2. Konflik            : peristiwa di depan madding yang bersedak-sedakan, peristiwa dialog aku dengan puspa pasca pecahnya kacamata puspa, peristiwa usaha keras aku dalam menulis cerpen untuk lomba.
  3. Klimaks           : peristiwa yang menceritakan perasaan aku saat melihat pengumuman lomba, peristiwa dialog aku dengan puspa tentang kemenangan lomba cerpen dan memberikan hadiahnya pada puspa untuk membeli kacamata.
  4. Denouement : peristiwa keduanya ke optic untuk membeli kacamata, yang di sebutnya sebagai kacamata persahabatan.
q  Tokoh : tokoh-tokoh yang hadir dalam cerpen  di atas :
  1. Tokoh utama   : Aku dan Puspa
  2. Tokoh tambahan         : Bu Guru.
q  Dan selebihnya dalah tokoh-tokoh yang tidak hadir secara pesona, melainkan kehadirannya hanya secara situasional.
3. Tokoh situasional    : Siswa kelas lima.
q  Latar : Latar dalam cerpen di atas hanya bertempat di sekolah dan di luar sekolah (optik), tetapi penggambaran optik tidak jelas, karena optik hanya diberdayakan sebagai latar.
4.2.3 analisis tema
q  Aspek tema sebagai makna cerita dalam cerita anak, memang tidak serumit dalam cerita orang dewasa. Tema dapat ditemukan dengan membaca judul dengan memahami isinya dengan membaca.
4.2.4 analisis relasi antar unsur
q  Peristiwa merupakan awal cerita dibangun. Pada peristiwa ini, efek-efek situasi atau suasana mulai terbentuk.
q  Disisi lain, dilihat dari aspek latarnya, peristiwa ini menunjukan adanya pergeseran latar.
q  Peristiwa selanjutnya menunjukan alur ke arah klimaks.
q  Peristiwa selanjutnya, menjukan denouement.
q  Dalam hal ini, terlihat bahwa hubungan antar unsur dalam cerpen di atas begitu padu, Antara fakta cerita, tema, dan sarana cerita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar