Merah Putih untuk Kakek
Suara
deru mobil memecah senyapnya kesunyian embun yang menyelimuti sebuah desa di
tepi bukit. Terdengar tawa lepas dari dalam mobil itu. Inilah sebuah keluarga
yang datang dari kota dan pergi ke desa untuk melepaskan semua penat yang mereka
rasakan di tempat yang tak pernah tidur.
“
Yah kita mau, kemana ?” Tanya seorang anak laki-laki penuh rasa penasaran.
“Kita
akan pergi ke rumah kakek, Nak” jawab sang ayah lembut.
“
Ya, kita sekarang akan berlibur di rumah kakek, kan biasanya kakek yang ke
rumah kita sekarang kita yang mengunjungi kakek”. Ucap ibu meladeni pertanyaan
anaknya.
Percakapan
antara ayah dengan anaknya pun terhenti. Terlihat di depan rumah bergaya klasik seorang lelaki tua sedang
duduk di kursi dengan secangkir the di atas mejanya.
“
Kakek…” suara anak laki-laki itu memanggil kakeknya sambil langsung memeluk
kakeknya. Lelaki tua tidak dapat menahan keseimbangan tubuhnya. Akhirnya keduanya
terjatuh, meski sedikit sakit sang kakek senang cucu kesayangannya datang
mengunjunginya.
“
Sudah-sudah kasian kakekmu tuh, Dhe” ucap sang ibu sambil membawa koper yang
berisi pakaian. Setelah meletakan koper itu segera Ibu menyalami kakek dan tak
berapa lama ayah pun melakukan yang sama.
Semuanya
langsung masuk ke dalam rumah. Kakek hanya hidup seorang diri karena nenek
sudah lama meninggal. Mungkin Mang Diman dan Bi Surti saja yang menemani masa
tua kakek. Tapi walaupun begitu sang kakek merasa bahagia. Karena ia dapat
hidup tenang di desa yang indah ini.
Libur
sekolah bertepatan dengan bulan Agustus yaitu bulan kemerdekaan. Setiap kakek
berkunjung kekota ia selalu senang menceritakan bagaimana perjuangannya di masa
penjajahan. Dan anak laki-laki kecil itu menjadi pendengar setia semua cerita
sang kakek. Anak laki-laki itu sekarang berusia sebelas tahun. Dan tahun depan
ia akan memasuki bangku sekolah menengah pertama. Sang Kakek selalu bangga
dengan bendera Merah Putih, karena baginya inilah bendera yang penuh makna. Anak
laki-laki kecil itu pun ingin sekali memberikan sebuah bendera yang ia dapatkan
dengan perjuangan.
Tanggal
bersejarah pun datang, tanggal dimana sang Merah Putih dikibarkan dengan penuh
rasa bahagia. Setelah tersiksa selama tiga abad akhirnya Indonesia merdeka. Ya,
tanggal 17 agustus, hari yang selalu Kakek itu nantikan. Dan di hari ini akan
diadakan perlombaan di desa itu. Anak laki-laki kecil itu akan mengikuti semua
perlombaan dan jika ia berhasil ia akan memberikan semua hadiah untuk sang Kakek.
Semua
perlombaan ia ikuti dengan penuh semangat membara. Namun sayang ia selalu gagal
menjuarainya, dari lomba makan kerupuk, balap karung sampai membawa kelereng di
sendok ia gagal. Dan akhirnya melihat sebuah tiang tinggi berdiri penuh hadiah
mengelilinginya. Namun di antara semua hadiah yang ada Anak laki-laki kecil itu
hanya menatap satu hadiah yang indah diterpa angin. Dua buah kain yang bersatu,
kain teratas membara seperti darah dan kain dibawahnya menenangkan jiwa. Anak laki-laki
kecil itu mengincar kain itu, kain yang pasti sangat di banggakan sang Kakek. Ya
bendera sangkaka Merah Putih.
Anak
laki-laki kecil itu pun segera mendaftarkan diri mengikuti perlombaan panjat
pinang. Perlombaan yang melambangkan perjuangan untuk mendapatkan semu hadiah
yang disediakan. Ditemani lima anak lainnya si Anak laki-laki kecil itu segera melucuti baju yang ia kenakan. Semua suara
menyoraki penuh dukungan. Sesekali panitia menyiramkan air sabun ke atas pohon
pinang itu. Agar tingkat kesulitannya semakin tinggi panitia perlombaan
memecahkan oli hitam yang sejak tadi tergantung diatas. Anak laki-laki kecil
itu dan kelima temannya bergantian mencoba mencapai puncak, tapi semuanya
gagal. Sampai ketika sang Kakek datang menyaksikan sang cucu yang penuh dengan
noda oli ditubuhnya. Anak laki-laki kecil yang sadar bahwa sang Kakek sedang
menyaksikannya tiba-tiba mendapatkan dorongan semangat yang tinggi. Akhirnya susun
tangga dari tubuh manusia pun dibuat ulang dan kali ini di lakukan dengan
tenang dan penuh strategi. Anak laki-laki kecil yang memang bertubuh kecil itu
berada di posisi paling atas, setelah mencari-cari celah untuk memanjat si Anal
laki-laki kecil itu berhasil sampai di
puncak. Dan bukan hadiah yang ia turun-turunkan, ia lebih memilih melepas
bendera merah putih yang sejak tadi berkibar dengan gagah dan sambil
mengoyangkan ke kanan-kiri Anak laki-laki kecil itu berteriak.
“Kakek,
bendera ini untuk kakek, Merdeka…!!! Sang kakek segera mengayunkan tangannya
keatas dan menghormati bendera yang dikibr-kibarkan cucu tersayangnya.
“Merdeka…!!!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar