Sabtu, 07 Februari 2015

Hasrulloh ( CERPEN UAS)

                Merah Putih untuk Kakek

Suara deru mobil memecah senyapnya kesunyian embun yang menyelimuti sebuah desa di tepi bukit. Terdengar tawa lepas dari dalam mobil itu. Inilah sebuah keluarga yang datang dari kota dan pergi ke desa untuk melepaskan semua penat yang mereka rasakan di tempat yang tak pernah tidur.
“ Yah kita mau, kemana ?” Tanya seorang anak laki-laki penuh rasa penasaran.
“Kita akan pergi ke rumah kakek, Nak” jawab sang ayah lembut.
“ Ya, kita sekarang akan berlibur di rumah kakek, kan biasanya kakek yang ke rumah kita sekarang kita yang mengunjungi kakek”. Ucap ibu meladeni pertanyaan anaknya.
Percakapan antara ayah dengan anaknya pun terhenti. Terlihat di depan  rumah bergaya klasik seorang lelaki tua sedang duduk di kursi dengan secangkir the di atas mejanya.
“ Kakek…” suara anak laki-laki itu memanggil kakeknya sambil langsung memeluk kakeknya. Lelaki tua tidak dapat menahan keseimbangan tubuhnya. Akhirnya keduanya terjatuh, meski sedikit sakit sang kakek senang cucu kesayangannya datang mengunjunginya.
“ Sudah-sudah kasian kakekmu tuh, Dhe” ucap sang ibu sambil membawa koper yang berisi pakaian. Setelah meletakan koper itu segera Ibu menyalami kakek dan tak berapa lama ayah pun melakukan yang sama.
Semuanya langsung masuk ke dalam rumah. Kakek hanya hidup seorang diri karena nenek sudah lama meninggal. Mungkin Mang Diman dan Bi Surti saja yang menemani masa tua kakek. Tapi walaupun begitu sang kakek merasa bahagia. Karena ia dapat hidup tenang di desa yang indah ini.
Libur sekolah bertepatan dengan bulan Agustus yaitu bulan kemerdekaan. Setiap kakek berkunjung kekota ia selalu senang menceritakan bagaimana perjuangannya di masa penjajahan. Dan anak laki-laki kecil itu menjadi pendengar setia semua cerita sang kakek. Anak laki-laki itu sekarang berusia sebelas tahun. Dan tahun depan ia akan memasuki bangku sekolah menengah pertama. Sang Kakek selalu bangga dengan bendera Merah Putih, karena baginya inilah bendera yang penuh makna. Anak laki-laki kecil itu pun ingin sekali memberikan sebuah bendera yang ia dapatkan dengan perjuangan.
Tanggal bersejarah pun datang, tanggal dimana sang Merah Putih dikibarkan dengan penuh rasa bahagia. Setelah tersiksa selama tiga abad akhirnya Indonesia merdeka. Ya, tanggal 17 agustus, hari yang selalu Kakek itu nantikan. Dan di hari ini akan diadakan perlombaan di desa itu. Anak laki-laki kecil itu akan mengikuti semua perlombaan dan jika ia berhasil ia akan memberikan semua hadiah untuk sang Kakek.
Semua perlombaan ia ikuti dengan penuh semangat membara. Namun sayang ia selalu gagal menjuarainya, dari lomba makan kerupuk, balap karung sampai membawa kelereng di sendok ia gagal. Dan akhirnya melihat sebuah tiang tinggi berdiri penuh hadiah mengelilinginya. Namun di antara semua hadiah yang ada Anak laki-laki kecil itu hanya menatap satu hadiah yang indah diterpa angin. Dua buah kain yang bersatu, kain teratas membara seperti darah dan kain dibawahnya menenangkan jiwa. Anak laki-laki kecil itu mengincar kain itu, kain yang pasti sangat di banggakan sang Kakek. Ya bendera sangkaka Merah Putih.
Anak laki-laki kecil itu pun segera mendaftarkan diri mengikuti perlombaan panjat pinang. Perlombaan yang melambangkan perjuangan untuk mendapatkan semu hadiah yang disediakan. Ditemani lima anak lainnya si Anak laki-laki kecil itu  segera melucuti baju yang ia kenakan. Semua suara menyoraki penuh dukungan. Sesekali panitia menyiramkan air sabun ke atas pohon pinang itu. Agar tingkat kesulitannya semakin tinggi panitia perlombaan memecahkan oli hitam yang sejak tadi tergantung diatas. Anak laki-laki kecil itu dan kelima temannya bergantian mencoba mencapai puncak, tapi semuanya gagal. Sampai ketika sang Kakek datang menyaksikan sang cucu yang penuh dengan noda oli ditubuhnya. Anak laki-laki kecil yang sadar bahwa sang Kakek sedang menyaksikannya tiba-tiba mendapatkan dorongan semangat yang tinggi. Akhirnya susun tangga dari tubuh manusia pun dibuat ulang dan kali ini di lakukan dengan tenang dan penuh strategi. Anak laki-laki kecil yang memang bertubuh kecil itu berada di posisi paling atas, setelah mencari-cari celah untuk memanjat si Anal laki-laki kecil itu  berhasil sampai di puncak. Dan bukan hadiah yang ia turun-turunkan, ia lebih memilih melepas bendera merah putih yang sejak tadi berkibar dengan gagah dan sambil mengoyangkan ke kanan-kiri Anak laki-laki kecil itu berteriak.
“Kakek, bendera ini untuk kakek, Merdeka…!!! Sang kakek segera mengayunkan tangannya keatas dan menghormati bendera yang dikibr-kibarkan cucu tersayangnya.

“Merdeka…!!!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar