Senin, 09 Februari 2015

cerpen tugas uas

UPACARA

Namaku Muhammad Arwi Fachreza. Teman-teman biasa memanggilku Arwi. Sekarang aku kelas 4 sekolah dasar. Aku sekolah di SD 05 Pagi Jakarta. Aku tinggal bersama kedua orangtuaku dan Inu adikku yang masih kecil.
Setiap pagi, seperti biasa aku bangun subuh. Setelah shalat aku segera bergegas membereskan tempat tidur dan kemudian mandi. Sehabis mandi aku memakai baju seragam untuk sekolah. Kalau sudah rapi aku langsung pergi ke meja makan untuk sarapan bersama Ayah, Ibu, dan Inu adikku yang sangat lucu.
Aku sangat bersemangat sekali kalau berangkat sekolah. Aku sangat senang di sekolah mempunyai banyak teman. Temanku sangat baik dan ramah, begitu pula dengan Ibu dan Bapak Guru.
Aku berangkat sekolah bersama Lusi, Imam, Esti dan Fauzi. Kami berangkat menaiki sepeda. Kami berlima bertetanggan. Selain berangkat sekolah bersama, kami juga sering belajar bersama.
¥        
Pagi itu aku berangkat ke sekolah bersama Lusi, Esti, Imam, dan Fauzi. Setelah sampai di sekolah seperti biasa aku dan teman-teman belajar di dalam kelas.  Pak Guru kali ini datang  dengan cepat ke kelas kami. Tidak seperti biasanya. Sepertinya beliau ingin menyampaikan suatu pesan kepada kami semua di kelas.
“Sepertinya Pak Guru ingin menyampaikan sesuatu deh”, Lusi yang berbicara kepada Esti yang duduk bersebelahan dengannya.
“Ahhh paling juga ingin memberi tugas seperti biasa”, jawab Esti.
“Sudah-sudah kalian jangan bicara saja, berisik tau. Mendingan kita dengarkan saja Pak Guru berbicara”, sahut Imam menengahkan pembicaraan.
Merekapun terdiam, begitu juga teman-teman di kelas, mereka memperhatikan Pak Guru yang sedang berbicara. “Anak-anak, Bapak ingin menyampaikan pesan dari Ibu Kepala Sekolah, bahwa senin depan bagian kelas kalian yang mendapat tugas untuk menjadi petugas upacara. Bapak harap kalian semua berpartisipasi dan bekerjasama dalam tim”.
Fauzi bertanya, “Kalau begitu yang menjadi pemimpin upacaranya siapa, Pak?”. Pak Guru menjawab, “Pertanyaan yang bagus itu, Fauzi. Bapak akan memilih Arwi untuk menjadi pemimpin upacara senin depan. Gimana Arwi kamu siap kan?”. Dengan lantang dan percaya diri Arwi menjawab, “Tentu siap dong, Pak. “Bagus Arwi, kamu sangat berani. Oh iya, Bapak hampir saja lupa. Nanti setelah pulang sekolah kalian jangan lupa bilang pada orangtua masing-masing, mulai besok setiap pulang sekolah harus latihan menjadi petugas upacara”. Teman-teman pun semua menjawab dengan serempak, “Iya Paakkkkkkk”. Begitu banyak yang Pak Guru bicarakan hari ini. Setelah pembicaran tentang petugas upacara, Pak Guru pun memulai pelajarannya.
¥        
Seperti biasa setiap malam aku belajar mengulang semua yang telah di pelajarkan hari ini oleh Bapak dan Ibu Guru. Tidak lupa juga malam ini aku harus meminta izin kepada Ayah dan Ibu untuk latihan besok di sekolah.
Aku berlari dari kamar menuju ruang tamu untuk menemui Ayah. “Ayah, aku ingin minta izin. Besok aku harus latihan menjadi petugas upacara untuk senin depan. Boleh kan, Yah?”. Tanpa pikir panjang Ayah pun menjawab “Tentu boleh dong, Nak. Ayah sangat setuju kalau kamu melakukan kegiatan positif di sekolah”. Arwi pun sangat senang mendengar persetujuan dari Ayahnya. “Beneran, Yah. Jadi aku diizinin nihhh? Makasihhh ya, Yah.” jawab Arwi gembira. “Memangnya kamu mendapat bagian menjadi apa, Wi?”, tanya Ayah penasaran. “Aku bertugas menjadi pemimpin upacara dong, Yah.” sahut Arwi dengan bangga. “Wah hebat sekali anak Ayah”, jawab Ayah penuh kebanggaan pada anaknya.
¥        
Keesokan harinya, Aku, Imam, Esti, Fauzi dan Lusi seperti biasa berangkat ke sekolah bersama. Kali ini kami jalan kaki, tidak menggunakan sepeda. Sepanjang perjalanan kami berlima tiada hentinya membicarakan tentang tugas upacara yang di perintahkan oleh Pak Guru kemarin.
“Aku tidak ikut ah. Nyanyi Indonesia Raya saja aku belum begitu hafal, masih suka terbolak-balik. Nanti aku malah ditertawakan oleh teman-teman”, keluh Fauzi.
Lusi mencoba untuk meyakinkan Fauzi, “Fauzi kamu jangan menyerah seperti itu. Belum juga dicoba masa sudah menyerah. Kan kita juga latihan dulu, pasti kamu bisa kok. Arwi saja yang belum pernah menjadi pemimpin upacara tidak takut. Dia justru berani”.
“Iya Fauzi masa kamu tidak ikut sih? Kan Pak Guru bilang kita harus bekerjasama. Tentu aku, Esti, Lusi dan Imam pasti akan membantu kamu”, ajak Arwi.
            “Upacara itu kan merupakan hal yang wajib dilakukan untuk kita sebagai warga negara Indonesia. Masa sama upacara aja kamu takut. Harusnya kamu buktikan dong kalau kita ini anak Indonesia yang selalu mengabdi pada negaranya”, ucap Esti.
“Iya deh iya aku ikut demi Bangsa dan Negara Indonesia. Aku juga ingin membuktikan kalau aku anak Indonesia yang selalu mengabdi pada negara”, jawab Fauzi penuh semangat.
Tak lama kami pun sampai di depan sekolah. karena keasikan mengobrol di jalan, kami berlima hampir saja terlambat. Untung saja gerbang sekolah belum ditutup. Kami pun berlarian menuju ke kelas.
¥        
Siang ini aku bersama teman-teman sekelas latihan menjadi petugas upacara untuk senin depan. Aku sebagai pemimpin petugas upacara, Lusi sebagai petugas pembaca teks pancasila, Imam bertugas membaca teks undang-undang dasar, Esti bertugas membaca teks janji siswa, Fauzi lebih memilih untuk ikut paduan suara, dan teman-teman yang lain dengan tugasnya masing-masing.
“Siap gerak, seluruh barisan istirahat di tempat.... grak!”   dengan lantang aku mengatur seluruh barisan teman-teman. “Kepada sang bendera merah putih, hormat..... grak!”, begitu juga dengan perintahan ku untuk seluruh siswa memberi hormat. Sedangkan yang lain sibuk dengan tugasnya masing-masing. Kami semua sangat bergiat dalam melakukan hal ini. Kami tidak ingin kalah dengan kakak kelas yang sudah pandai dalam penugasan upacara ini. Kami ingin menunjukkan, bahwa kami juga bisa seperti mereka.
Sudah sejam lebih kami semua berlatih, dan kami pun memutuskan untuk beristirahat sejenak. Saat di kantin aku, Esti, Imam, Lusi, dan Fauzi lagi-lagi membahas tentang penugasan upacara. “Wi, mengapa ya dalam upacara kita harus hormat pada bendera? Padahal kan itu hanya sebuah bendera, benda mati lagi.” tanya Fauzi penasaran. “Ya bendera itu kan tanda bahwa negara kita ini sudah merdeka, dan saat itu bendera merah putih dibuat oleh Ibu Fatmawati dengan susah payah waktu negara kitta ini masih dijajah. Selain itu kita juga sama saja memberi hormat kepada pahlawan-pahlawan yang telah gugur karena memperjuangkan negara kita ini sampai merdeka”, sahut Arwi dengan percaya diri. “Benar tuh apa kata Arwi, kalau kita harus menghormati dan menghargai semua jasa para pahlawan”, jawab Lusi. “Ohhh, jadi seperti itu. Aku sekarang mengerti kenapa kita harus upacara setiap hari senin. Kita itu dilatih untuk selalu menghargai para pahlawan ya?”, tanya Fauzi lagi. Aku, Imam, Lusi, Esti dengan serempak menjawab pertanyaan Fauzi, “Iyaaaaaaaaaaaa Fauzii, kamu benar sekali. Hahahah”.
Selama seminggu ini kami selalu berlatih sampai lancar dalam berbicara di depan para siswa dan harus membiasakann diri supaya kami tidak malu lagi saat nanti upacara berlangsung.
¥        
Hari ini adalah hari senin. Hari yang kami tunggu-tunggu untuk menjadi petugas upacara. Aku dan teman-teman sudah bersiap dari tadi di lapangan untuk memimpin upacara hari ini. Dan upacara pun segera dimulai.
Dengan khidmat seluruh siswa tertib dalam mengikuti upacara hari ini. Tanpa malu-malu kami pun sebagai petugas upacara dengan lancar memimpin upacara hari ini.
Sampai pada akhirnya sebelum upacara diselesaikan, Pak Guru mengajak kita semua untuk berdoa, medoakan para pahlawan yang telah gugur demi kemerdekaan negara Indonesia ini. “Baiklah anak-anak, sebelum kita selesaikan upacara hari ini, tidak lupa kita semua harus mendoakan para pahlawan yang telah gugur. Berdoa sesuai keyakinan masing-masing, dimulai!”.
Kami pun dengan khusyuk mendoakan para pahlawan yang telah lebih dulu meninggalkan negara ini. Setelah berdoa selesai, aku pun membubarkan teman-teman untuk kembali ke dalam kelas. “Seluruh peserta upacara, tanpa penghormatan umum, bubar jalan!”. Kami pun segera masuk ke dalam kelas. Dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena upacara hari ini telah dilancarkan dan dimudahkan.
Upacara merupakan hal penting bagi bangsa Indonesia. Selain itu upaca juga salah satu dari cara kita untuk menghormati para pahlawan yang telah gugur demi kemerdekaan negara Indonesia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar