Serigala
dan Domba
Sewaktu kecil, saya pernah diceritakan sebuah kisah tentang serigala dan domba. Alkisah, di sebuah desa ada seorang anak laki-laki yang setiap harinya membantu keluarga saudagar penjual susu domba. Namun suatu ketika, tuannya meminta anak tersebut agar tidak berkeliling menjual susu-susu domba itu lagi. Tetapi anak itu diminta menemani tuannya di peternakan untuk menjaga kandang-kandang domba yang dikhawatirkan akan didatangi serigala. Konon, belakangan hari desa itu seringkali didatangi serigala yang melahap habis peternakan dan perkebunan yang tidak ada penjaganya. Anak itu belum menyetujui karena ia takut apabila suatu hari serigala yang ramai dibicarakan benar-benar datang. Namun tuannya kembali menjelaskan, bahwa jika serigala itu benar datang, ia bisa berteriak ke arah perkampungan warga dan meminta tolong. Warga pasti menolongnya dengan mengusir serigala. Maka si anak mengiyakan perintah tuannya.
Dan suatu ketika, tuannya sedang tidak berada di peternakan. Si anak yang berjaga sendirian merasa bosan. Ia bermaksud melihat apakah yang tuannya bicarakan benar atau tidak. Maka, ia berteriak ke arah perkampungan warga. “Tolong! Tolong! Serigala!” teriak si anak. Sontak, warga bergegas meninggalkan pekerjaannya masing-masing dan berlari ke peternakan domba. Namun warga melihat si anak penggembala justru sedang menertawakan warga yang lari berbondong-bondong kearahnya. “Dimana serigalanya?” ujar seorang warga. “Tentu saja aku berbohong, aku hanya ingin melihat reaksi kalian jika aku berteriak ada serigala.” Jawab si anak sambil meneruskan tertawanya.” Warga yang kesal dan kecewa meninggalkan si anak yang masih saja tertawa tidak terkendali.
Lalu suatu ketika, tuannya kembali membiarkan si anak berjaga di peternakan sendirian karena tuannya harus pergi ke kota. Si anak kembali menjahili warga dengan kembali berteriak meminta tolong ada serigala pada warga. Warga pun kembali bergegas meninggalkan pekerjaannya dan segera berlari menolong si anak. Alhasil, warga kembali harus kecewa. Bahkan kali ini warga lebih marah kepada si anak.
Hingga keesokan harinya, tuannya belum datang dari kota. Serigala yang besar dan begitu menyeramkan benar-benar datang ke peternakan. Si anak sangat terkejut dan ketakutan. Saat itu ia benar-benar takut. Lalu ia berteriak minta tolong ke arah perkampungan warga. Semua warga mendengar suara si anak berteriak. Namun salah satu dari mereka mengatakan, “Sudahlah, jangan dihiraukan. Dia hanya menjahili kita.” Dan warga yang lain pun menyetujuinya. Si anak makin ketakutan dan bingung. ia hanya bisa bersembunyi dibalik batu besar. Ia menyaksikan domba-domba milik tuannya dilahap serigala.
Pesan
Moral:
Sekali
kita berbohong, maka tidak akan ada yang mempercayainya lagi. Apapun alasannya,
tidak ada kebohongan yang patut dibenarkan. Maka, kita harus membiasakan diri
sedini mungkin, untuk tidak berbohong apalagi sampai harus merugikan
kepentingan banyak orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar